12 September 2009

KEBANYAKAAN ORANG BERKATA HIDUP HANYA SATU KALI.

kebanyaakan orang b'kata.apa hidup di dunia ini ada obatnya,dan hampir semua pepata b'kata tua dan muda akan meninggalkan dunia ini dan kembali kepada yang menciptakan.
klo misalnya ada obatnya,mungkin gue akan memintanya atau membelinya biarpun harganya mahal,paling tidak bisa hidup seumur tahun..hha(ngarep banget gue).
Tua dan kematian adalah penyakit yang tidak ada obatnya," kata Nabi SAW. Ya, pergeseran hari menuju masa tua tidak perlu ditangisi. Tidak perlu disesali. Tidak perlu ditakuti. Karena semua perasaan itu hanya akan menambah tugas hati untuk menanggung beban dan masalah baru.

Jangan terlalu dipusingkan bagaimana meremajakan kulit. Tetapi sibukkan diri dengan aktifitas yang akan membuat kita tersenyum ketika masa tua tiba. Karena sinar aktifitas yang pangkalnya ada di usia muda memancar hingga usia tua.


Karena hanya hari-hari bersama kebaikan itulah yang akan abadi. Sementara hari-hari lain yang dikotori dengan dosa tak akan meninggalkan kesan. Bahkan hanya menjadi beban. mungkin bisa banyak tersenyum karena hari-hari lalunya penuh dengan kebaikan. Tetapi kita, akankah bisa tersenyum ketika menengok kembali ke belakang. Semoga.

Berapa pun usia yang telah berlalu dari kita, tidak terlalu penting. Apa saja kenikmatan masa muda yang telah hilang juga tidak penting. Usaha maksimal agar kita bahagia dan tersenyum bangga di usia tua itulah yang jauh lebih penting. Rasanya kita perlu meniru do’a Ibnu Abi Lubabah setiap sore hari menjelang, “Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan siang dan mendatangkan malam sebagai ketenangan, nikmat dan keutamaan. Ya Allah jadikanlah aku termasuk orang-orang yang pandai bersyukur. Segala puji bagi Allah yang telah memberiku kenikmatan hari ini. Bisa jadi banyak dosa yang aku lakukan pada hari-hari usiaku yang telah lalu. Ya Allah ampunilah aku pada sisa usiaku dan jagalah aku dari api neraka."

Masih ada lagi kehilangan yang tidak perlu kita tangisi. Apalagi kalau itu adalah ibarat harga yang harus kita bayar untuk kesuksesan. Mengorbankan salah satu pilihan hidup untuk fokus pada satu pilihan hidup yang prioritas. Bentangan pilihan hidup di hadapan kita begitu luas. Banyak yang bisa kita pilih. Tetapi tentu saja tidak semuanya bisa kita raih. Walau-pun keinginan terkadang lebih besar dari kemampuan diri.

Mungkin kita ingin menggabungkan beberapa keahlian dalam hidup kita. Mungkin kita ingin menangani banyak pekerjaan dalam satu waktu. Mungkin kita berharap bisa membaca beberapa buku dalam kesempatan yang sempit.

Sebenarnya tidak ada cacat dari keinginan besar itu. Tetapi yang harus diwaspadai adalah tidak terkonsentrasinya pemikiran dan usaha, sehingga tidak ada hasil maksimal. Apalagi kalau kemampuan diri terhitung pas-pasan. Bukankah lebih baik satu tapi istimewa dan berprestasi daripada banyak tapi tidak karuan hasil nya.

Berarti ada yang harus kita buang. Berarti harus ada yang kita pangkas dari keinginan yang menggebu itu. Imam Ibnu Madini rela kehilangan banyak ilmu. Tetapi beliau terfokus pada satu bidang ilmu. Awalnya, protes datang dari teman karibnya Yahya bin Said Al Qotton, “Jangan kau habiskan waktumu untuk mempelajari hadits. Karena kamu akan kehilangan banyak ilmu." Ibnu Madini ulama yang memiliki prinsip hidup yang kokoh. Dia tetap pada jalur hadits saja. Memang dia akhirnya harus kehilangan banyak ilmu. Tetapi dia adalah lautan dan rujukan utama dalam masalah ilmu hadits, tiada tanding tiada banding. Sebagaimana kesaksian Sholeh bin Muhammad, “Aku tidak mengetahui orang yang lebih pakar di bidang hadits dan ilalnya kecuali Ibnu Madini."

Begitulah, ternyata memang kehilangan tidak semuanya menyimpulkan kesedihan. Ada bagian hidup ini yang hilang dan ternyata itu adalah modal untuk kita tersenyum di kemudian hari. Wallahu’alam.-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar