12 September 2009

dosa.

Kalau memang bisa memilih
Antara mati muda atau hidup lebih lama
Mungkin akan kupilih mati muda
Karna aku sudah bosan dan lelah
Atas semua yang dijalani

Lagipula tak ada yang kusesali
Dan tak akan ada yang menyesali
Untuk apa juga disesali
Karna aku tidaklah berarti
Dan juga tidak merasa berarti

Mungkin aku ini sudah gila
Gila akan kematian
Kematian yang sakit apabila dirasakan
Tapi akukan berusaha untuk menikmatinya
Karna kematian ini hanya sekali seumur hidupku

Dosa. Itulah sesuatu yang memang harus pergi dan kita usir dari hidup kita. Agar tidak kembali lagi untuk selamanya. Ucapkan selamat tinggal dan perpisahan abadi terhadap dosa.

Dosa sering kali dibalut oleh kesan kenikmatan. Kesan kesenangan. Walau sesaat. Bak fatamorgana dan air di lautan yang diminum tetapi tidak pernah mampu menghilangkan rasa haus. Hanya menambah rasa penasaran dan makin terasa haus. Dari itulah tidak banyak yang mampu mengangkat dirinya dari arus dosa. Karena kenikmatan itu. Karena kesenangan itu.

Orang yang telah kernbali, berarti harus kehilangan kenikmatan fatamorgana. Memang terkadang ada rasa kehilangan. Terkadang ada rasa ingin kembali ketika berjumpa dengan teman masa lalu yang masih asyik berenang di keruhnya dosa. Padahal hanya waktu saja yang kita butuhkan. Untuk berpindah dari kenikmatan sesaat yang menyesatkan pada ke-nikmatan hakiki yang abadi. Dosa harus hilang dari kita. Kita harus ikhlas kehilangan dosa. Kita harus bahagia karena telah mampu menyapih diri ini dari candu dosa. Walau berpisah dengan dosa bukan hal yang mudah. Kita sendiri mungkin telah merasakan tawaran manis dosa akan segala hal yang tampaknya nikmat. Dan kita pun telah banyak mengorbankan segalanya untuk dosa itu. Tetapi ternyata ia telah menjerumuskan kita dan siapa saja yang mendekatinya. Kemudian ia pergi meninggalkan kita dalam kesendirian menyesalinya. Sampai kita lupa akan peristiwa ini, dan dosa datang kembali membawa tawaran yang terkesan lebih manis. Mengapa ingatan kita begitu lemah akan hari-hari suram yang pernah kita lalui bersama dosa. Anak muda yang berurai air mata di suatu malam sambil berdo’a semoga bisa menjadi pelajaran bagi kita. Mansur bin Ammar mengira hari telah pagi, dia pun keluar dan ternyata hari masih gelap. Di tengah keheningan malam dia mendengar rintihan do’a di sela isakan tangis anak muda yang tak pernah dikenalnya. “Tuhanku ketika aku bermasiat kepada-Mu aku tidak bermaksud mendurhakai-Mu. Ketika aku melakukan dosa bukannya aku tidak tahu bahwa adzabnya sangat pedih. Ketika aku melakukan dosa bukannya aku tidak tahu bahwa aku tidak pernah bisa lepas dari penglihatan-Mu. Tetapi jika bukan Engkau siapakah yang akan menolongku. Kalau Engkau putus-kan tali ini siapakah yang akan sanggup menyambungnya kembali. Tuhanku, setiap usia-ku bertambah, bertambah pula dosa-dosaku. Setiap aku bertaubat setiap itu pula aku kernbali kepada dosa dan tidak malu kepada-Mu.”

Kini kita harus lebih banyak menangis. Bukan untuk dosa yang akan meninggalkan kita. Tetapi mengapa kita tak sanggup mengucap selamat tinggal kepada dosa-dosa itu. Kehilangan dosa adalah anugerah. Kehilangan yang akan mendatangkan kebahagiaan. Itulah kisah perpisahan yang membahagiakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar