31 Juli 2009

Futagoza in the World of Men

Pagi ini bisa dibilang adalah pagi yang buruk. Saya merasa down karena dibangunkan Ibu dengan kabar pernyataan gosip yang semakin menyeleneh. Sekarang ada di media TV.

Saya menyadari betapa perempuan sering menjadi korban disini. Tidak asing lagi, google Indonesia ramai dengan link-link bertuliskan kalimat-kalimat tidak senonoh penggambaran perempuan. Kasarnya ya, "memek/toket/bugil/pantat/syur/dll". Melihat kata-kata itu saya jijik dan merasa direndahkan serendah-rendahnya.

Saya tidak peduli mastermindnya siapa. Tapi, saya sakit hati sekali untuk saya dan rekan-rekan pekerja seni, khususnya perempuan menjadi target. Menjadi perempuan akhirnya serba salah. Dituntut untuk tampil cantik dan sedikit seksi. Alasan dikarenakan sifat umum alamiah laki-laki yang mempertimbangkan sesuatu yang didukung keindahan visual merupakan salah satu titik jual, maka dijadikan teknik pemasaran karya seni.

Kalau penampilan jujur/terlalu santai, dipandang sebelah mata. Tapi ketika dinilai terlalu seksi, dibilang salah.

Namun bagi yang memang biasa-biasa saja, malah menjadi sasaran empuk untuk gosip-gosip yang dikarang seenak-enaknya. Apa yang benar dong?

Memang terlalu ideal untuk menciptakan dunia entertainment tanpa gosip. Karena keluar pun dari dunia sorotan lampu, kita juga masih bisa kena gosip tetangga.
Akan tetapi, menurut saya semuanya sudah keluar kontrol. Bahasa Indonesia di Internet telah tercemar dengan bahasa-bahasa yang tidak relevan seperti yang saya sebut diatas.

Ada yang kritik pernyataan saya di postingan ini? Silakan, tetapi untuk sekarang saya tidak peduli kritik apapun. Ini merupakan pandangan saya, terserah mau dibilang keras kepala atau manja. Pandangan saya, gunjingan jaman sekarang semakin,

"Sampah


1 komentar: